Rabu, 20 Agustus 2008
CARA pembuatan bokashi ini cukup mudah dengan cara mencampurkan kotoran ternak, berambut atau sekam, bekatul, EM-4 serta molase atau tetes tebu. Namun, dalam pencampuran EM-4 dengan tetes tebu jangan mencampur dengan air PDAM karena mengandung kaporit. Tanda-tanda bokashi berhasil jika setelah 6 jam suhu bokashi mencapai 40-50 derajat. Panas ideal bokashi hangat-hangat kuku, jika panasnya seperti air mendidih maka harus dibolak-balik. Setelah itu bokashi ditutup. Selama 3-4 hari setelah itu, bokashi sudah jadi.
Pupuk Bokashi [29 Jul. 2005, 22:40:04] | |||||||||||||||
|
Korespondensi Perusahaan | ||
Nama: | Tn. Risan Syakirin [Administrasi] | |
E-mail: | Kirim Pesan | |
Nomer Telpon: | +62561691016 | |
Nomer Faks: | +62561691016 | |
Alamat: | Jl. Raden Kusno No. 61 Mempawah Mempawah 78912, Kalimantan Barat Indonesia |
Selamat Datang di STPP Manokwari | |||
| |||
Minggu, 2008 April 06
Pupuk Bokashi Cocok Untuk Media Anturium
Sejumlah bakteri aktif dalam EM4 tetap berperan sebagai bahan-bahan organik dan mempercepat proses penguraian akar pakis dan kotoran hewan. Proses tersebut dapat memberikan nutrisi dan unsur hara bagi tanaman secara alami.
Bokashi sendiri dapat digunakan sebagai media tanam murni, pupuk organik atau campuran media tanam. Semua itu berpengaruh terhadap pertumbuhan aneka tanaman hias. Hal itu pula yang rutin dilakukan Iwan (30), seorang penghobis tanaman hias jenis anturium.
Bagi Iwan, bokashi dijadikan media tanaman hias yang efektif selama berbisnis tanaman hias jenis anturium sejak awal tahun 2007 hingga sekarang. ‘’Tak ada keluhan apapun baik untuk pertumbuhan akar, daun maupun gangguan virus penghambat pertumbuhan.
Agar anturium tetap tumbuh subur dan bebas penyakit daun dan akar, Iwan menyarankan agar media tanam difermentasi terlebih dahulu dengan cairan EM4 menjadi bokashi. Riilnya, anturium tumbuh subur dalam waktu singkat.
Iwan memberikan beberapa tips untuk membuat bokashi sebagai media anturium. Bahan-bahan yang diperlukan berupa pakis halus (20 kg), arang sekam (20 kg), cocopeat atau serbuk halus kulit buah kelapa (20 kg), kotoran kambing (20 kg), dedak halus (10 kg), abu jerami (10 kg), EM4 (20 sendok makan) dan molase (10 sendok) dan (5-10 liter) air.
Setelah semua bahan disiapkan, lalu difermentasi menggunakan teknik yang sama dengan pembuatan bokashi umumnya. Caranya, mencampurkan semua bahan lalu memasukkan EM4 yang sudah dicampur air dan molase. Jika tidak ada molase, bisa diganti larutan gula. Cara termudah, cukup memercik saat semua bahan diaduk.
‘’Ingat jangan sampai terlalu basah. Harus sedang-sedang saja dan setelah rata, gundukan bokashi ditutupi karung atau terpal agar udara tidak masuk. Hal ini dilakukan karena bakteri fermentator yang merombak bahan organik bersifat aerob alias tidak membutuhkan oksigen,’’ katanya.
Selama tujuh hari, bokashi diaduk merata lalu ditutup rapat. Setelah itu amati ciri-ciri bau; harus khas fermentasi dan muncul jamur putih layaknya membuat tempe. Bila tanda itu muncul, bokashi dinyatakan siap dimanfaatkan sebagai media tanaman hias jenis anturium. Jadi, tidak perlu memakai hormon perangsang tumbuh yang bersifat kimia.
CARA PEMBUATAN 1 TON BOKASHI PUPUK KANDANG
Bahan :
Cara Pembuatan :
|
- Siramkan larutan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas maka adonan akan segar.
- Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung gono selama 3-5 hari.
- Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 oC, bukalah karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam.
- Setelah 4 hari, BOKASHI telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK (EM-5)
Bahan :
Molas / tetes atau gula 100 ml/0.5 ons, EM-4 100 ml, cuka makan / cuka aren 100 ml, alkohol (40%) 100 ml, air cucian beras yang pertama 1000 ml.
Cara membuat :
Kelima bahan dicampur dan dimasukkan ke dalam botol / jirigen yang ada tutupnya. DIkocok setiap pagi dan sore hari. Buka tutup botol / jirigen untuk membebaskan gas yang terbentuk selama proses fermentasi berlangsung. Kurang lebih 15 hari pengocokan dihentikan (setelah tidak ada gas yang terbentuk), biarkan lagi selama 7 hari.
Dosis :
Campurkan EM-4 sebanyak 5-10 ml/liter air. Larutan EM5 sebaiknya disemprotkan pada sore hari menjelang matahari terbenam.
Khasiatnya :
Untuk menekan serangan hama dan penyakit pada tanaman pertanian.
Kemasan | Harga Eceran EM-4 |
1 / 2 liter | Rp. 9.000.- |
1 liter | Rp. 15.000.- |
5 liter | Rp. 67.500.- |
10 liter | Rp. 125.000.- |
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi :
PT. SONGGOLANGIT PERSADA
Jl. Pol Tangan Raya No. 88, Tanjung Barat
Ps. Minggu, Jakarta Selatan 12530
Telp. (021) 7803069, 78833766, 78833768
Fax. (021) 78833766
April 9th, 2008 · 14 Comments
Oleh: Syam Asinar Radjam
em4.jpg Bulan lalu, saya sempat pulang ke dusunlaman, Prabumulih. Sempat pula menyambangi Vitro. Salah satu dari sedikit “guru” saya di kampung halaman. Bersamanya saya banyak bertukar cerita. Terutama menyoal pertanian. Maklum, laki-laki yang sempat hidup cukup lama di negeri milik suku Indian (Amerika) ini, memang memutuskan menjadi petani sekembali ke dusunlaman. Dan saya, sedang belajar menikmati hidup sebagai petani.
Topik gesahan kami menyenggol perkara mahalnya harga pupuk. Belum lagi ketersediaannya yang tak selalu ada. Saya sendiri tidak mengalami masalah akan itu. Sebab, saya sedang belajar bertani secara organik! Sederhananya, bertani tanpa menggunakan pupuk maupun bahan pengendali hama yang mengandung senyawa kimia tak organik sebagaimana yang banyak dijual di pasaran.
Kebetulan, di kebun kecil yang kami kelola tak jauh dari kota Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, saya mencoba menerapkannya. Menyangkut pupuk, saya mencoba menggunakan pupuk bokashi. Bikinan sendiri. Bahannya, mudah di dapat di sekitar kebun. Terkait pengendalian hama dan jamur kami memakai pestisida nabati (pesnab) dan jamur trichoderma.
“Cuka dengan tulis care mbuat bokashi tuh di dusunlaman,” Vitro menyarankan agar saya menulis cara membuat bokashi di (situs) dusunlaman.net. Karena alasan tersebut maka tulisan kali ini ditulis hingga dapat dibaca di sini.
Sebenarnya, bokashi tak berbeda jauh dengan kompos. Hanya saja pembuatannya memanfaatkan teknologi Mikroorganisme Efektif (effective microorganism). Si Mikroorganisme Efektif itu berfungsi sebagai ragi yang mampu mempercepat proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa organik yang mudah diserap tumbuhan. Jika proses pembuatan kompos biasa memerlukan waktu berbulan-bulan, membuat pupuk bokashi cukup satu minggu.
“Ragi” bokashi cukup mudah didapat di pasaran. Umumnya berupa “effective microorganism turunan keempat) yang lebih dikenal sebagai EM-4 yang dijual dalam dalam wujud cair dalam kemasan botol.
Pengalaman membuat bokashi yang saya dapat adalah berkat bantuan Apru, seorang kader SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu). Dari Apru, saya mendapat pengetahuan membuat bokashi padat dan cair. Khusus bokashi padat, racikan bokashi kami rancang untuk digunakan sebagai pupuk dasar pada tanaman keras, karenanya komposisi pupuk kandang diperbanyak.
Dalam pemupukan pupuk bokashi padat digunakan satu kali, di
Untuk bokashi padat, racikan dirancang untuk jenis tanam Bokashi yang kami buat adalah bokashi untuk digunakan pada jenis tanaman keras di kebun kami. Bokashi padat dipakai sebagai pupuk dasar untuk tanaman bokashi padat dan cair untuk jenis diperlukan bahan-bahan sebagai berikut.
CARA MEMBUAT BOKASHI (untuk 1 ton)
A. Bokashi Padat
Bahan:
- Hijauan daun 200 kg (hijauan daun, sisa sayuran, jerami, sekam, dll)
- Pupuk kandang 750 kg (kotoran kambing, ayam, sapi, dll)
- Dedak/bekatul 50 kg
- EM-4 1 liter
- Larutan gula pasir, 1 kg per 10 liter air
- Air secukupnya
Tahapan Pembuatan:
1. Potong sampah basah (3-5 cm), kecuali jika menggunakan sekam
2. Campurkan Sampah basah – pupuk kandang – dedak/bekatul, hingga rata
3. Larutkan EM-4 + Air gula ke dalam 200 liter air.
4. Siramkan larutan secara perlahan secara merata ke dalam campuran sampah basah-kotoran-dedak. Lakukan hingga kandungan air di adonan mencapai 30 – 40 %. Tandanya, bila campuran dikepal, air tidak keluar dan bila kepalan dibuka, adonan tidak buyar.
5. Hamparkan adonan di atas lantai kering dengan ketebalan 15 – 20 cm, lalu tutup dengan karung goni atau terpal selama 5 – 7 hari.
6. Agar suhu adonan tidak terlalu panas akibat fermentasi yang terjadi, adonan diaduk setiap hari hingga suhu dapat dipertahankan pada kisaran 45 – 50 derajad Celsius.
7. Setelah satu minggu, pupuk bokashi siap digunakan.
Aplikasi:
Untuk tanaman tahunan semisal karet, coklat, dan lainnya, gunakan bokashi padat sebagai pupuk dasar. Dua kilogram bokashi diaduk dengan tanah lalu dibenamkan di lubang tanam.
B. Bokashi Cair (untuk 200 liter)
Bahan:
- Pupuk kandang 30 kg (kotoran kambing, ayam, sapi, dll)
- Hijauan daun (secukupnya)
- EM-4 1 liter
- Gula pasir 1 kg
- Terasi 1 kg
- Air bersih 200 liter
- Dapat pula ditambah 2 kg pupuk NPK untuk memperkaya nutrisi
Tahapan Pembuatan:
1. Pupuk kandang dihaluskan
2. Gula pasir – Terasi – EM-4 – NPK dilarutkan dalam air
3. Campuran pupuk kandang dan larutan gula dimasukkan ke dalam drum plastik kemudian ditambahkan air bersih hingga volumenya mencapai 200 liter.
4. Drum ditutup rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk selama 15 menit.
5. Bokashi cair akan siap digunakan setelah 5 – 7 hari.
Aplikasi:
1 liter bokashi dicampur dengan 9 liter air bersih. Selanjutnya, siramkan pada tanah di sekitar tanaman atau disemprotkan pada daun sebanyak 0,25 – 1 liter tergantung jenis tumbuhan.
Semoga bahan bacaan ini bermanfaat.
Oleh: Wayan Nita
Nama Pupuk Bokashi mulai dikenal masyarakat luas. Keunggulan dan kelebihan pupuk organuk tersebut nampaknya mulai mengalahkan pamor pupuk kompos dan pupuk kimia. Meskipun Pupuk Bokashi dan kompos sama-sama menggunakan bahan organik sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik, Pupuk Bokashi diolah dengan menggunakan teknologi EM (effective microorganisms) yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
Mahalnya pupuk kimia dan langkanya kompos di pasaran membuat banyak praktisi tanaman berpaling pada Pupuk Bokashi. Permintaan pasar pun mengalami peningkatan. Walaupun memang sebelum mengenal Pupuk Bokashi mereka menggunakan kompos atau pupuk kimia untuk memberikan nutrisi pada tanamannya. Ternyata mereka melihat Pupuk Bokashi lebih unggul dibandingkan dengan kompos.
Bila membandingkan Pupuk Bokashi dan kompos, kandungan hara dalam Pupuk Bokashi lebih tinggi. Sehingga periode proses tumbuh pada tanaman lebih cepat, pengaruh terhadap tanah sempurna, energi yang hilang rendah dan populasi mikroorganisme dalam tanah lebih sempurna. Perpaduan bahan organik seperti molasse (tetes tebu) larutan gula merah dan kandungan mikroorganisme dalam EM4 melengkapi keunggulan Pupuk Bokashi.
PT Songgolangit Persada sebagai produsen dan distributor pupuk Bokashi Kotaku di seluruh wilayah Indonesia melihat indikasi adanya peralihan minat pemakai pupuk kimia ke pupuk organik. Ini memberikan angin segar bagi pemasaran pupuk Bokashi Kotaku. ’’Kita mempunyai strategi pemasaran dengan membagikan sampel Pupuk Bokashi Kotaku pada para pembeli Ramuan Pak Oles,” terang Kadek Suiartana, Kepala Pemasaran Pupuk Bokashi Kotaku.
Para calon konsumen yang menerima sampel tersebut, biasanya akan order membeli Pupuk Bokashi karena mereka telah melihat keunggulan Pupuk Bokashi dibandingkan pupuk lain. Konsumen mengakui Pupuk Bokashi Kotaku penggunaannya lebih praktis, tidak berbau, tanaman tampak lebih segar dan daun lebih hijau serta mampu menekan penyakit yang sumbernya dari media tanam. Harga relatif terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat, Rp 20 ribu per zak (1 zak = 30 kg). Penjualan pupuk Bokashi Kotaku per Juli dan Agustus di konter Jl P Komodo 38X Denpasar meningkat tajam. Pada Juli terjual 307 (9210kg=9,21 ton) zak dan Agustus mencapai 370 zak (11100kg=11 ton).
Seorang konsumen dari Bali, Darmawan mengaku, banyak manfaat yang dirasakan setelah penggunaan Pupuk Bokashi selama satu tahun untuk tanaman bunga dan pohon buah naga. ’’Warna bunga lebih cerah dan awet, daun lebih hijau dan pohon jarang terkena penyakit,” ujarnya. Hal senada diungkap Nengah Sudarma, pria asal Klungkung yang sudah akrab dengan Pupuk Bokashi Kotaku selama lima tahun. Bokashi Kotaku digunakan sebagai campuran media tanaman untuk merawat tanaman hias. “Bunga menjadi lebih awet, mekarnya juga lebih lama dibanding bunga yang pakai pupuk lain. Lidah Mertua, Gelombang Cinta dan sejenisnya lebih segar, daunnya lebih hijau. Cocok juga dipakai untuk tanaman dalam ruang karena tidak berbau dan mudah perawatan. Stan saya sering didatangi konsumen. Mereka puas dengan tanaman yang saya rawat,” kata pemilik stan bunga Wijaya Kusuma ini.
Diposting oleh PAK OLES CENTER di 12:27
Label: KPO/EDISI 140/NOVEMBER 2007
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Halaman Muka
STATISTIK PENGUNJUNG
Site Meter
DAPUR REDAKSI
PAK OLES CENTER
Denpasar, Bali, Indonesia
Pemimpin Umum: GN Wididana. Wakil Pemimpin Umum: Agus Urson HP. Manajer Keuangan: M. Ayu Lidyawati. Pemimpin Redaksi: Albert Kin Ose M. Redaktur Pelaksana: Beny Uleander. Koordinator Liputan: Indah Wulandari Sekretaris Redaksi: Ni Ketut Ernawati. Staf Redaksi: Heni Kurniawati, Didik Purwanto, Ni Wayan Nita, Roro Sawita (Bali), Agus Salam (Jakarta), Wuri Wigunaningsih (Surabaya), Hernawardi (Mataram). Fotografer: Putu Wirnata. Desain Grafis & Lay Out: Thomas Sandhi, Wahyu, Adi. Kartunis: Kadek Fajar. Kontak redaksi e-mail: koranpakoles@yahoo.co.id. Percetakan: PT ANTAR SURYA JAYA SURABAYA.
Melihat profil lengkap saya
Ditulis Oleh Eti Wahyuni - Medan Bisnis
Monday, 07 May 2007
Senin, 07 Mei 2007
Membuat kompos, wah sering merepotkan ya. Proses pembuatan dan efek ke tanaman sering membutuhkan waktu yang lama. Padahal yang namanya kompos (baca pupuk organik) bisa dikatakan satu nyawa dengan pertanian organik. Tapi tidak perlu khawatir atau menunda rencana untuk melakukan budidaya organik karena ada bokashi yang memiliki kelebihan yang sekaligus bisa menuntaskan masalah-masalah tersebut.
Meskipun sama-sama organik namun ada perbedaan yang cukup mendasar antara kompos dengan bokashi. Bokashi merupakan teknologi untuk menghasilkan pupuk kompos yang lebih efektif melalui formulasi bahan-bahan pembuat. Lantas, seperti apakah proses pembuatan bokashi dan apa saja manfaat masing-masing bahan pencampurnya. Untuk mengetahuinya, MedanBisnis “mendatangi” dua NGO penggiat pertanian organik yaitu Sintesa dan Yayasan Bitra Indonesia.
Istilah bokashi pertama kali penulis dengar ketika Jumarni, staf Pertanian Yayasan Bitra Indonesia sedang melakukan pendampingan kepada kelompok tani di Desa Pulau Gambar, Serdang Bedagai. Dari sini pula akhirnya diketahui ada perbedaan yang cukup mendasar antara kompos dengan bokashi. Ternyata Sintesa, sebuah NGO yang consern di bidang pertanian juga melakukan hal yang sama di sejumlah desa di Kabupaten Asahan.
Baik Sintesa maupun Bitra Indonesia melalui program pengembangan penggunaan pupuk bokashi ini dilatari pada kondisi petani yang masih memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap produk-produk kimia. Selanjutnya dilakukan upaya untuk menciptakan kemandirian petani. Karena, pertanian konvensional telah menyebabkan petani sangat tergantung dengan produk-produk kimia sehingga biaya operasionalnya menjadi mahal. Padahal penggunaan pupuk kimia ini juga berdampak buruk terhadap tanah yang menjadi sumber produksi bagi petani.
Bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya adalah perubahan secara bertahap. Istilah ini untuk menjelaskan proses pembuatan bokashi melalui peragian dan penguraian atau pembusukan. Bokashi juga mengandung pengertian melalui bahan ini tanah yang telah tandus dan miskin unsur hara bisa pulih secara bertahap.
Penggunaan bokashi ini menjadi tren petani Jepang sejak 10 tahun lalu. Fenomena ini merupakan dampak lain dari tuntutan pasar terhadap produk yang sehat (bebas residu kimia). Apalagi penggunaan bokashi juga ternyata efektif untuk mencegan hama dan menyuburkan tanah sehingga penggunaan pupuk alami ini semakin digiatkan.
Sekretaris Pelaksana Sintesa, Akhmad Sofyan yang didampingi stafnya, Nurliana mengatakan, bokashi ini memiliki kelebihan yang terkandung di dalam pupuk kimia sekaligus juga bisa menutupikekurangan yang ada pada kompos. Misalnya saja, kandungan gizi dan vitamin pada pupuk kimia dan bokashi sama-sama konsentratnya tinggi sedangkan pada kompos rendah. Di lain pihak, bokashi dan kompos sangat baik untuk menyuburkan tanah sedangkan pupuk kimia justru berdampak negatif, membuat tanah menjadi keras.
“Dengan konsentratnya yang tinggi, bokashi memiliki efek yang cepat terhadap tanaman sama seperti pupuk kimia. Sedangkan kompos efeknya relatif lama,” jelas Ana.
Selain itu, perbedaan lain untuk ketiga jenis pupuk ini adalah lama pembuatannya. Jika pupuk kimia bisa langsung didapat dengan membeli di toko, maka kompos dan bokashi harus memprosesnya terlebih dahulu. Jika proses pembuatan kompos membutuhkan waktu antara 6-1 tahun, maka bokashi cukup 10-14 hari saja. Berikut adalah perbedaan antara pupuk kimia, kompos dan bokashi.
Hama Penyakit Berbahaya
Kelebihan lain dari bokashi ini, dengan formulasi bahan-bahan maka sangat mudah untuk mengontrol jumlah vitamin. Sementara Damiri menjelaskan, unsur yang terkandung pada pupuk bokashi sama dengan kompos, bedanya kalau bokashi sama artinya dengan peragian dengan sistem cepat dengan jangka waktu 3 minggu, bokasi sudah dapat digunakan sedangkan kalau pembuatan kompos prosesnya pembusukan dengan jangka waktu yang lebih lama mencapai waktu 2 bulan.
Perbedaan lainnya, bokashi langsung untuk mensuplai makanan tanaman dan unsur hara tanah, tetapi lebih besar mensuplai mkanan tanaman. Sementara kompos secara keseluruhan unsur yang dikandung untuk mensuplai tanah agar unsur hara yang di kandung lebih meningkat dan lebih baik walaupun pada akhirnya unsur yang terkandung juga untuk menyuplai tanaman juga.
Berkaitan dengan proses pemakaian ke lahan, menurut Damiri, kalau pupuk kompos dengan cara ditabur ke lahan langsung, sedangkan bokasi bisa dilakukan dengan cara menabur ke lahan atau dapat juga dicampur dengan air dan disiramkan ke tanaman. Untuk kapasitas pemakaian pupuk bokasi atau kompos ke lahan harus melihat kondisi tanah, apakah tanah tersebut tandus atau sebaliknya. Untuk penggunaan ke lahan, apabila lahan tersebut tandus maka bokasi yang di gunakan untuk lahan 1 rante (400 m2) sebanyak 100 kg, sedangkan kalau tanah tersebut tidak begitu tandus maka penggunaannya cukup 50 kg.
Agar penggunaan bokashi ini efektif sebagai pupuk dasar, bokashi ditabur di atas bedengan kemudian ditutupi sedikit supaya tidak terbawa arus hujan. Pupuk ini juga baik untuk pupuk susulan. Sedangkan untuk media pembibitan dapat dicampurkan tana1h humus, dengan ratio tanah humus dan bokashi 1:3.
Sumber: Eti Wahyuni - Medan Bisnis, 7 Mei 2007
Topik Diskusi Asal :
[CARA MEMBUAT BOKASHI DARI SAMPAH RUMAH TANGGA]
Judul Tanggapan & Informasi Pengirim
Judul
Cara Nenbuat Bokhasi
Nama
M.Idham Adriansyah
organis_sulsel@yahoo.con
tanggal
08/28/2005
jam
04:23 AM
Komentar
BOKASHI
Pupuk Kandang
Bahan-bahan (pembuatan 1 ton)
? Pupuk kandang : 300 kg
? Dedak : 50 kg
? Sekam : 150 kg
? Gula pasir/gula merah dihaluskan/molase : 200 ml/20 sendok makan
? EM4 : 500 ml/50 sendok makan
? Air secukupnya
Cara Pembuatan
? Larutkan EM4 dan gula ke dalam air,
? Pupuk kandang, sekam dan dedak dicampur secara merata,
? Siramkan EM4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan mudah pecah (megar).
? Adonan digundukkan di atas ubin yang kering, dengan ketinggian minimal 15 ? 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari,
? Pertahankan suhu gundukan adonan maksimum 50 oC. Bila suhunya lebih dari 50 oC, turunkan suhunya dengan cara dibolak balik, kemudian ditutup kembali dengan karung goni Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.
? Seteh 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik
Resep Bokashi I
Bahan yang diperlukan :
? EM4 1 sendok makan (bisa juga diganti simbal)
? air 1 liter;
? potongan daun/limbah rumah tangga 10 kg;
? dedak halus 2 kg
Cara pembuatan:
? Semua bahan disatukan dan diaduk serata mungkin.
? Masukkan bahan itu ke dalam ember/tong plastik, tutup rapat-rapat.
? Setelah 2 hari biasanya terjadi perubahan, lakukan pengadukan.
? Kemudian jaga agar panasnya tidak melebihi 50 derajat Celcius.
? Untuk pengadukan sebaiknya dilakukan sehari tiga kali.
? Setelah lima hari siap digunakan sebagai Pupuk.
Selain resep di atas, ada juga resep pembuatan bokashi yang hanya memerlukan waktu pembuatan 24 atau dinamakan bokashi ekspres.
Resep Bokashi II (Bokashi Ekspres)
Bahan yang diperlukan:
? jerami kering, daun-daun kering, sekam, serbuk atau bahan apa saja yang dapat difermentasi sebanyak 20 bagian;
? bokashi yang sudah jadi 2 bagian;
? dedak 2 bagian;
? gula pasir 5 sendok makan;
? air 20 liter.
Cara pembuatan:
? Larutkan EM4 dan gula ke dalam air.
? Jerami, bokashi yang sudah jadi dan dedak diaduk secara merata.
? Siramkan larutan EM 4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan bahan sampai kandungan air mencapai 50%.
? Usahakan agar bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas adonan akan megar.
? Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15 sampai 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 jam.
? Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 derajat. Jika terlalu panas, bukalah karung penutup dan gundukan dibolak-balik, kemudian tutup lagi dengan karung goni.
? Bila terlalu panas bisa merusak bokashi karena terjadi proses pembusukan.
? Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam
? Setelah 24 jam, bokashi ekspres siap digunakan sebagai pupuk organik.
Pembuatan pupuk Bokashi ini selain baik untuk tanaman juga membantu kebersihan lingkungan dan bisa dibisniskan. Pupuk yang sudah jadi bisa dibungkus dengan plastik kiloan dan langsung bisa dipasarkan atau dijual.
Aturan Penggunaan Umum
? Cangkuli atau dangir tanah terlebih dulu sebelum penggunaan pupuk.
? Ambil 3-4 genggam bokashi untuk setiap meter persegi, disebar merata di atas permukaan tanah (bila tanah kurang subur bisa diberikan lebih banyak).
? Biarkan bokashi selama seminggu kemudian bibit siap ditanam.
? Untuk tanah sawah, pemberian bokashi dilakukan pada waktu pembajakan sawah dan setelah tanaman padi berumur 14 hari dan 1 bulan.
? Siramkan/semprotkan 2 cc EM4 yang sudah dicampur dengan air ke dalam tanah.
? Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar di permukaan tanah/pekarangan tanaman dan siramkan 2 cc EM4 dicampur air 1 liter. Lakukan setiap 2 minggu sekali.
Cara Penggunaan Khusus
? Bokashi jerami atau pupuk kandang baik dipakai untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah (mulsa).
? Bokashi bisa digunakan pula untuk pembibitan dan menanam bibit yang masih kecil.
? Bokashi Ekspres baik digunakan sebagai mulsa tanaman sayur dan buah-buahan.
Oleh : Nasir, SP., MBA
Latar belakang
Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat.� Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif yang besar bagi lingkungan, dan jika dibandingkan dengan dampak positifnya bagi peningkatan produktivitas tanaman pertanian pengaruh bahan kimia tersebut tidak sebanding.� Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.
Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah.� Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah yang telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian.
Bertitik tolak dari hal tersebut, saat ini banyak masyarakat yang mengkonsumsi� sayuran dan buah terutama komoditi segar yang bebas bahan kimia.� Mereka lebih suka membeli sayuran dan buah yang bolong-bolong karena hama penyakit daripada sayuran dan buah segar yang mulus tetapi banyak disemprot bahan kimia.� Melihat kecenderungan masyarakat tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan pertanian dengan sistem pertanian organic yang prinsip pengelolaannya �kembali ke alam�.
Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaannya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.� Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui p[1]enggunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertain.� Jadi dengan demikian, tidak salah jika istilah pertanian organik sering diidentikkan dengan� gerakan petanian� yang kembali ke alam.
Dalam pelaksanaannya, pertanian organik adalah membatasi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk anorganik dan bahan kimia pertanian lainnya.� Gulma, hama dan penyakit tanaman dikelola melalui pergiliran tanaman, pertanaman campuran, bioherbisida, insektisida organik yang dikombinasikan dengan pengelolaan tanaman yang baik.� Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga.
Berdasarkan hasil penelitian saat ini, apabila pertanian organik dapat dilaksanakan dengan baik maka dengan cepat akan memulihkan tanah yang sakit akibat penggunaan bahan kimia petanian.� Hal ini terjadi jika fauna tanah dan mikroorganisme yang bermanfaat dipulihkan kehidupannya, dan kualitas tanah ditingkatkan dengan pemberian bahan organic, maka akan terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah ke arah keseimbangan.
Pupuk Organik (Pupuk� Bokashi)
Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya.� Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan babi.� Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman.
Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi.� Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti �bahan organik yang telah difermentasikan�.� Pupuk bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Efektive Microorganism).� Biasanya bokashi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran.� Bokashi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman.� Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organic seperti dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme.
Akan tetapi , saat ini telah dikenal Bokashi EM yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau gunung.� EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah� suatu kultur campuran berbagai mikriorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah.� Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman.
Pemikiran tentang penggunaan� mikroorganisme efektif ini dikembangkan� oleh Prof. Teruo Higa dari Jepang.� Teruo telah menemukan mikroorganisme yang dapat hidup secara bersama dalam kultur campuran dan secara fisioligis dapat bergabung satu dengan yang lain.� Menurutnya, bila kultur ini dimasukan dalam lingkungan alami, maka pengaruh baik masing-masing akan lebih berlipat ganda secara sinergis.� Menurutnya juga, kultur EM tidak mengandung mikroorganisme yang telah dimodifikasi secara genetik, tetapi kultur ini merupakan campuran berbagai spesies mikroba yang terdapat dalam lingkungan alami di dunia.
Pengaruh Bokashi dalam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Pada prinsipnya, peranan pupuk bokashi hampir sama dengan pupuk organik lainnya seprti kompos, namun pada bokashi EM pengaruhnya dipercepat dengan adanya penambahan mikroorganisme efektif.� Bokashi dapat digunakan 3-14 hari setelah perlakuan (fermentasi).� Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan kedalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman.
EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi sangat berguna sekali dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga dapat menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.� Dengan demikian penggunaan bokasi EM baik secara langsung maupun tidak, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pertanian termasuk padi , palawija dan sayuran.
Penggunaan bokasi EM secara rinci berpengaruh terhadap:
- Peningkatan ketersediaan nutrisi tanaman
- Aktivitas hama dan penyakit/patogen� dapat ditekan
- Peningkatan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan, seperti Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dll.
- Fiksasi Nitrogen
- Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.
Dengan demikian, dapat terlihat bahwa penggunaan pupuk bokashi memiliki prinsip ekologi sebagai berikut:
- Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah
- Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.
- Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi
Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman
Bertolak dari kegunaan dan prinsip ekologi dari penggunaan pupuk bokashi EM tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan tersedianya nutrisi tanaman yang cukup dan aktivitas hama dan penyakit yang dapat ditekan,� pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian dapat meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya.� Selain itu penggunaan pupuk ini juga ramah lingkungan, produk yang dihasilkan tidak tercemar oleh bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan dan lingkungan.
Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa dalam rangka peningkatan produksi tanaman pertanian, penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang bijak, efektif dan efisien.**
Oleh : Nasir, SP., MBA
Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun.� Pembangunan pertanian alami ini semula hanya menerapkan sistem pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya sedikit.� Dalam tahun 1980-an, Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman.� Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut adalah sebagai berikut:
- memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman
- memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
- meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
- menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
- meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk
Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang.� Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi, palawija dan sayuran.�
Berbicara mengenai masalah penurunan produksi, tentunya bukan saja menjadi masalah petani atau masyarakat, tetapi juga merupakan masalah bagi pemerintah daerah dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan dan ekonomi rakyat.� Hal ini seyogyanya harus menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam mengatasinya secara bijak.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut, pada tahun anggaran 2003 ini Pemda Kabupaten� Pandeglang secara khusus mengalokasikan dananya melalui Proyek Peningkatan Produksi Padi Palawija dan Sayuran.� Pada kegiatan Proyek ini terdapat pertemuan teknis yang berisikan materi pengaruh penggunaan pupuk bokashi terhadap produksi padi palawija dan sayuran, dan materi tehnik pembuatan bokashi.� Kegiatan ini tentunya bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan.
Manfaat Bokashi
Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani.� Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian.
Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini.� Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.�
Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat.� Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman.
Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi
a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang
- Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :
1.
Pupuk kandang
=
300 kg
2.
Dedak
=
� 50 kg
3.
Sekam padi
=
150 kg
4.
Gula yang telah dicairkan
=
200 ml
5.
EM-4
=
500 ml
6.
Air secukupnya
- Cara Pembuatannya :
1. Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air
2. Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata
3. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %
4. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar)
5. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm
6. Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari
7. Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari� 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik
8. Kemudian tutp kembali dengan karung goni
9. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan
10. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali
11. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik
b. Pembuatan Bokashi Jerami Padi
- Bahan-bahan untuk ukuran 1000 kg bokashi :
1.
Jerami padi yang telah dihaluskan
=
500 kg
2.
Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang
=
300 kg
3.
Dedak halus
=
100 kg
4.
Sekam/Arang Sekam/Arang Kelapa
=
100 kg
5.
Molase/Gula pasir/merah
=
1 liter/250 gr
6.
EM-4
=
1 liter
7.
Air secukupnya
- Cara Pembuatannya:
Membuat larutan gula dan EM-4
1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter
2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata
3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.
Membuat pupuk bokashi
1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai merata
2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %
3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal
4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm
5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari
6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik
7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan
8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
c. Pembuatan Bokashi Cair
- Bahan-bahan untuk ukuran 200 liter bokashi cair :
1.
Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang
=
30 kg
2.
Molase/Gula pasir/merah
=
1 liter/250 gr
3.
EM-4
=
1 liter
4.
Air secukupnya
- Cara Pembuatannya:
1. Isi drum ukuran 200 liter dengan air setengahnya
2. Pada tempat yang terpisah buat larutan molase sebanyak 1 liter, dengan cara mencampurkan gula putih/merah sebanyak 250 gram dengan air sebanyak 1 liter
3. Masukan molase tadi sebanyak 1 liter bersama EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam drum, kemudian aduk perlahan-lahan hingga rata
4. Masukan pupuk kandang sebanyak 30 kgdan aduk perlahan-lahan hingga ersatu dengan larutan tadi
5. Tambahkan air sebanyak 100 liter hingga drum menjadi penuh, kemudian aduksampai rata dan tutup rapat-rapat
6. Lakukan pengadukan secara perlahansetiap pagi selama 4 hari.� Cara pengadukan setiap hari cukup lima putaran saja.� Setelah diaduk biarkan air larutan bergerak sampai tenang lalu drum ditutup kembali
7. Setelah 4 hari bokashi cair EM-4 siap untuk digunakan.
Catatan:
� Bila tidak ada molase, setiap macam gula dapat digunakan sebagai penggantinya.� Beberapa bahan pengganti tersebut adalah nira tebu gula, sari (juice) buah-buahan,dan air buangan industri alkohol
� Jumah kandungan air adalah merupakan petunjuk.� Jumlah air yang perluditambahkan tergantung pada kandungan air bahan yang digunakan.� Jumlah air yang paling sesuai adalah jumlah air yang diperlukan membuat bahan-bahan basah tetapi tidak sampai berlebihan dan terbuang.
Penggunaan Pupuk Bokashi untuk Padi, Palawija dan Sayuran
Bahan bokashi sangat banyak terdapat di sekitar lahan pertanian, seperti misalny jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam padi, sebuk gergaji, dan lain-lain.
Semua bahan organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme frmentasi dalam kondisi semi anaerobik pada suhu 40-500 C.� Hasil fermentasi bahan organik berupa senyawa organik mudah diserap oleh perakaran tanaman.
a. Cara penggunaan secara umum :
- 3-4 genggam bokasi (150-200 gram) untuk setiap mtr persegi tanah disebar marata diatas permukaan tanah.� Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.
- Untuk mencampurkan bokashi ke dalam tanah, tanah perlu dicangkul/bajak. Penggunaan penutup tanah (mulsa) dari jerami atau rumput-rumputan kering sangat dianjurkan pada tanah tegalan.� Pada� tanah sawah pemberian bokashi dilakukan sebelum pembajakan tanah.
- Biarkan bokashi selama seminggu, setelah itu baru bibit ditanam.
- Untuk tanaman buah-buahan, bokasi diebar merata dipermukaan tanah/perakaran tanaman dan siramkan 3-4 cc EM-4 perliter air setiap minggu sekali.
b. Cara penggunaan secara khusus :
- Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah (mulsa) dan bahan organik lainnya di lahan pertanian juga banyak digunakan pada tanah swahkarena ketersediaan bahan yang cukup.
- Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang� baik dipakai untuk pembibitan/ menanam bibit yang masih kecil.
- Bokashi expres baik digunakan sebagai penutup tanah (mulsa) pada tanaman sayur dan buah-buahan.
Croton Dulu Dilalap Kini Naik Pangkat | ||||
| ||||
Klik untuk melihat foto lainnya... | ||||
Inilah transaksi paling fenomenal di jagad tanaman hias 2008. Puring bangalore setinggi 1 m senilai Rp18-juta diboyong kolektor di Jakarta Selatan. Daun lebar, mulus, dan kompak menjadi daya tarik puring bercabang 12 itu. Di Sawangan, Depok, croton cobra merah berharga Rp6-juta menjadi koleksi H Ali Sudin. Puring Codiaeum variegatum memang tengah ‘naik kasta.’ Dari tanaman pagar ia bersalin rupa menjadi tanaman koleksi. Puring memang disebut-sebut sebagai maskot baru tanaman hias di tahun tikus. ‘Sejak 2 bulan terakhir harganya terdongkrak naik 2-3 kali lipat,’ kata Handry Chuhairy, pemilik Hans Garden di Alam Sutera, Tangerang. Menurut Handry sebetulnya puring pernah menjadi incaran hobiis setahun silam. Namun, ketika itu pesona puring tergilas anthurium yang memang tengah naik daun. Apalagi puring impor asal Thailand yang didatangkan secara besar-besaran banyak stres dan rusak. Menurut H. Ali Sudin banyak keung-gulan puring yang tak ditemui pada tanaman hias daun lain. ‘Variasi warna beragam, dalam1 tanaman bisa terdapat 4-5 warna,’ kata pegawai di sebuah kantor pemerintahan di DKI Jakarta itu. Sebut saja oscar yang berwarna hijau, kuning, merah, merah muda, dan merah kehitaman. Beragam warna pada 1 tanaman itu bahkan sulit ditemui pada aglaonema, tanaman hias daun yang dikenal kaya warna. Bentuk daun puring juga beragam mulai dari bulat hingga bentuk trisula dan keriting. Beragam corak, warna, dan bentuk pu-ring itulah yang menjadi daya tarik kolektor. Apalagi belakangan croton-sebutan puring di mancanegara-banyak didatangkan dari India dan Thailand. ‘Itu memperkaya jenis yang beredar,’ kata Ferdian AS SSi, pemilik Suhika Flora Indonesia di Sawangan, Depok. Dari India croton bangalore menjadi maskot. Daun besar-selebar telapak tangan orang dewasa-dan bersosok kompak. Di Jakarta Selatan, sepot bangalore berdaun 10 dibandrol Rp4-juta alias Rp400.000 per daun. Pendatang dari India yang tak kalah cantik ialah leopard dan red spider. Dari Thailand, narapirom dan bangkruei (baca: Daun Berpilin Bernama Croton, Trubus Juli 2007, hal 44-45). IndiaHingga saat ini tak ada yang tahu pasti dari mana croton berasal. K Heyne dalam Tumbuhan Berguna Indonesia II menyebut puring berasal dari Maluku. Namun, ia juga menyebut puring banyak ditemukan di Pulau Jawa dengan beragam nama. Di tanah Sunda disebut katomas, tomas, dan puring. Di Jawa, puring, dan di Madura, karoton atau karotong. Anggota keluarga Euphorbiaceae itu juga ditemukan di Kalimantan (uhung dan dolok), Sulawesi (dendiki dan balenga semangga), dan Papua (abam atau kama). Di wilayah nusantara itu puring tak hanya dikenal sebagai tanaman pagar dan pekuburan. Pucuk daun dipakai sebagai lalapan dan obat tradisional. Pada 1660 Georgius Everhardus Rumphius, botanis asal Jerman melaporkan daun puring dapat dimakan sebagai sayur. Daun muda berasa agak kemanis-manisan. K Heyne menyebutkan orang melayu menggunakan gerusan akar puring untuk mengobati penyakit kelamin seperti rajasinga atau sipilis. Sementara akar dan kulit batang dipakai sebagai zat penyamak kulit. Dari sejumlah literatur terbaru ditemukan gudang puring tak hanya di Indonesia. Tercatat 2 wilayah lain yang dikenal sebagai gudang keragaman puring: Asia Selatan dan Kepulauan Pasifik bagian timur. Artinya, India-yang termasuk Asia Selatan-memang habitat asli croton. Menu-rut Ir Slamet Budiarto, dari PT Godong Ijo Asri, Depok, tanah India kaya puring berdaun lebar. Sebut saja anaconda dan ben jonson. Jenis daun kecil asal India mirip dengan puring lokal seperti anting. Sementara dari Thailand didominasi puring berpilin seperti bang kruei dan berpunuk seperti kura. DilahirkanMenurut Handry datangnya puring dari India dan Thailand ke Indonesia mendongkrak pamor puring lokal. ‘Dulu benar-benar tak dilirik. Sekarang dipotkan oleh pekebun dan dilahirkan dengan menyematkan nama. Mereka turut menjadi buruan kolektor,’ kata mantan atlit renang itu. Empat puring lokal tak bernama yang bersalin rupa menjadi mutiara, miss indonesia, miss universe, dan rembulan. Di Pakulonan dan Lengkong, Serpong, Tangerang, banyak pekebun melakukan hal itu. Sebut saja Suharta dan Tirtayasa. Keduanya bergerilya mengumpulkan puring lokal dari pelosok, memperbanyak, lalu mengepotkannya. Di tangan mereka puring yang tadinya diabaikan menjadi tanaman koleksi bernilai jutaan rupiah. Mutiara misalnya, sepot setinggi 30-40 cm itu dibandrol Rp2-juta. Sedangkan miss indonesia dan miss universe dipatok di atas Rp5-juta. ‘Kita berburu ke rumah-rumah penduduk, dan menemukan tipe ini yang tergolong langka,’ kata Tirtayasa. Fenomena itu mengingatkan pada aglaonema no name yang cantik tapi tak dilirik. Ia baru menjadi kebanggaan kolektor setelah disematkan nama. (Destika Cahyana/Peliput: Imam Wiguna dan Nesia Artdiyasa) |
International Aroid Society
Show and Sale
September 20th and 21st, 2008
Fairchild Tropical Botanic Garden
Miami, Florida, USA
General Information
Show Location
Schedule of Events
Online Auction
Show Hotels
Past IAS shows and sales have always been very memorable for their gathering of aroid friends, for spectacularly grown aroids brought in just for the show and for sale, and for the presentations delivered by world class aroid experts... all taking place in a venue that is undoubtedly the best tropical botanic garden in the world.
This year's event, our 31st Annual Show and Sale, is shaping up to be even more memorable!
Every year we see new and extraordinary aroids along with many incredible favorites superbly grown for the show. This year will be no different. Please plan to bring along your prized specimens to include in the exhibition, regardless of whether or not you choose to enter the awards competition.
Many high-quality importers and growers will be joining our roster of great vendors, making the selection of aroids available for purchase even more enticing. If any of you are interested in becoming a vendor at the show, or in just bringing some plants to sell at the Membership Sales Table, you are most welcome to do so. Please contact Tricia Frank for more information on selling at the show.
Vendors this year include Ecuagenera, Ree Gardens, Home, Palm Hammock Orchid Estate and in the members section: Natural Selections Exotics, Silver Krome Gardens, Ron Weeks, Bruce McAlpin, Don Bittle, Ken Stokes, Barry Schwartz and many more.
The 2008 IAS show and sale will be hosted Saturday and Sunday September 20 and 21 at the world famous Fairchild Tropical Botanic Garden, Miami, located at 10901 Old Cutler Road, Coral Gables (Miami), Florida 33156. The Garden is adjacent to Matheson Hammock Park, about 20 minutes by car from downtown Miami and Miami International Airport. You can find more information about Fairchild Tropical Botanic Garden online here. Entrance to The Garden is now at the new visitor center at the north entrance off Old Cutler Road. Admission to the garden is $20 for adults, $15 Senior citizens 65 and older, $10 for children 6-17, and free for members of Fairchild Tropical Botanic Garden and children 5 and under.
Members of the International Aroid Society who volunteer to work at the show may attend the event without paying entrance fee, but need to contact Tricia Frank in order to get on schedule.
Friday, September 19: The show will be set up from 9:30 AM to 6:00 PM. Please bring your select plants for display and for judging before noon. Vendors may setup their booths starting at noon.
Saturday, September 20: The Show and vendor sales booths are open from 9:30 AM to 4:30 PM.
On Saturday evening at 7:00 PM we will begin the always-fulfilling Banquet Dinner followed by a short annual business meeting. For those members whom cannot attend, please complete and return the proxy ballot (in your latest newsletter) for the proposed new board members. The $25 dinner will feature Cuban cuisine. To reserve your seating, please contact Tricia Frank or mail in the reservation form. Payment through paypal is preferred.
This year our featured speaker will be Dr. Marc Gibernau, a very interesting aroider from the University Paul Sabatier in Toulouse, France. Marc has been studying the evolution and mechanisms of aroid pollinator interactions since 1998. He got his start by studying fig pollination in Montpellier. He has published many papers and collaborated with numerous scientists and is highly respected in the aroid community.
Marc will present and illustrate some striking examples of aroid pollination such as Philodendron solimoesense in French Guiana by scarab beetles, the Dead Arum by carrion flies and Arum pictum by dung flies from Corsica. He will show other examples such as male Euglossine bees in Spathiphyllum or Anthurium which exhibit strong similarity with the pollination of some Neotropical orchids. The pollination system of the Taro in Southeast Asia will be illustrated as well. Aroids, in relation to these original pollination systems, have evolved spectacular floral traits. Marc will address the diversity of floral / spathe morphologies or odors produced and also describe thermogenesis (the production of heat by the inflorescences). Finally he will show the diversity of the pollination systems in aroids and what made this family such interesting plant group for him to study. It will be exciting to hear about Marc's experiences and learn of his future endeavors.
Following Marc's presentation we will end the evening's festivities with the plant auction featuring many very rare and choice aroids. An online auction will run in conjunction with the live auction.
Sunday, September 21: The annual no-host Aroid-L breakfast will meet at 8:00 AM at the Greenstreet Café, Coconut Grove. ( ) The Show and Sale will open again from 9:30AM to 4:30PM. At 10:00AM there will be a Board of Directors meeting at Fairchild Garden open to all IAS members.
The Kampong, former home and garden of Dr. David Fairchild, but now part of the National Tropical Botanic Gardens, has space for 8 men and 4 women in separate dorm rooms for $30.00 per person per night. This is a first come, first served opportunity. Please contact Tricia Frank to reserve your space as soon as possible.
The Ramada Inn Dadeland (305-595-6000) has traditionally been the hotel for out of town show attendees, and is located conveniently close to the gardens.
The Hampton Inn Dadeland (305-269-0072 or 1-800-Hampton) is also well located.
Please plan to attend the International Aroid Society 30th Annual Show and Sale. This year's show and sale is scaling up to be another very memorable event to provide a unique venue for aroids and aroid enthusiasts to come together at a world class tropical botanic garden.
If you have any questions about the 2008 IAS Show and Sale, please contact Tricia Frank. We look forward to seeing you in Miami!