Rabu, 20 Agustus 2008

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK BOKASI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PALAWIJA DAN SAYURAN



Oleh : Nasir, SP., MBA


Latar belakang



Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat.� Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif yang besar bagi lingkungan, dan jika dibandingkan dengan dampak positifnya bagi peningkatan produktivitas tanaman pertanian pengaruh bahan kimia tersebut tidak sebanding.� Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.



Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah.� Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi siklus kelangsungan kehidupan, bahkan jika sayuran atau buah yang telah tercemar tersebut dimakan oleh manusia secara terus menerus, tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian.



Bertitik tolak dari hal tersebut, saat ini banyak masyarakat yang mengkonsumsi� sayuran dan buah terutama komoditi segar yang bebas bahan kimia.� Mereka lebih suka membeli sayuran dan buah yang bolong-bolong karena hama penyakit daripada sayuran dan buah segar yang mulus tetapi banyak disemprot bahan kimia.� Melihat kecenderungan masyarakat tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan pertanian dengan sistem pertanian organic yang prinsip pengelolaannya �kembali ke alam�.



Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaannya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat.� Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui p[1]enggunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertain.� Jadi dengan demikian, tidak salah jika istilah pertanian organik sering diidentikkan dengan� gerakan petanian� yang kembali ke alam.



Dalam pelaksanaannya, pertanian organik adalah membatasi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk anorganik dan bahan kimia pertanian lainnya.� Gulma, hama dan penyakit tanaman dikelola melalui pergiliran tanaman, pertanaman campuran, bioherbisida, insektisida organik yang dikombinasikan dengan pengelolaan tanaman yang baik.� Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga.



Berdasarkan hasil penelitian saat ini, apabila pertanian organik dapat dilaksanakan dengan baik maka dengan cepat akan memulihkan tanah yang sakit akibat penggunaan bahan kimia petanian.� Hal ini terjadi jika fauna tanah dan mikroorganisme yang bermanfaat dipulihkan kehidupannya, dan kualitas tanah ditingkatkan dengan pemberian bahan organic, maka akan terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah ke arah keseimbangan.




Pupuk Organik (Pupuk� Bokashi)



Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya.� Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan babi.� Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman.



Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi.� Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti �bahan organik yang telah difermentasikan�.� Pupuk bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Efektive Microorganism).� Biasanya bokashi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran.� Bokashi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman.� Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organic seperti dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme.



Akan tetapi , saat ini telah dikenal Bokashi EM yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau gunung.� EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah� suatu kultur campuran berbagai mikriorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah.� Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman.



Pemikiran tentang penggunaan� mikroorganisme efektif ini dikembangkan� oleh Prof. Teruo Higa dari Jepang.� Teruo telah menemukan mikroorganisme yang dapat hidup secara bersama dalam kultur campuran dan secara fisioligis dapat bergabung satu dengan yang lain.� Menurutnya, bila kultur ini dimasukan dalam lingkungan alami, maka pengaruh baik masing-masing akan lebih berlipat ganda secara sinergis.� Menurutnya juga, kultur EM tidak mengandung mikroorganisme yang telah dimodifikasi secara genetik, tetapi kultur ini merupakan campuran berbagai spesies mikroba yang terdapat dalam lingkungan alami di dunia.




Pengaruh Bokashi dalam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman



Pada prinsipnya, peranan pupuk bokashi hampir sama dengan pupuk organik lainnya seprti kompos, namun pada bokashi EM pengaruhnya dipercepat dengan adanya penambahan mikroorganisme efektif.� Bokashi dapat digunakan 3-14 hari setelah perlakuan (fermentasi).� Bokashi dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman meskipun bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos. Bila bokashi dimasukan kedalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai pakan oleh mikroorganisme efektif untuk berkembangbiak dalam tanah, sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman.



EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi sangat berguna sekali dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga dapat menekan pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.� Dengan demikian penggunaan bokasi EM baik secara langsung maupun tidak, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pertanian termasuk padi , palawija dan sayuran.



Penggunaan bokasi EM secara rinci berpengaruh terhadap:

- Peningkatan ketersediaan nutrisi tanaman

- Aktivitas hama dan penyakit/patogen� dapat ditekan

- Peningkatan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan, seperti Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat, dll.

- Fiksasi Nitrogen

- Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.



Dengan demikian, dapat terlihat bahwa penggunaan pupuk bokashi memiliki prinsip ekologi sebagai berikut:

- Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah

- Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.

- Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi

Membatasi kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman



Bertolak dari kegunaan dan prinsip ekologi dari penggunaan pupuk bokashi EM tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan tersedianya nutrisi tanaman yang cukup dan aktivitas hama dan penyakit yang dapat ditekan,� pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian dapat meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya.� Selain itu penggunaan pupuk ini juga ramah lingkungan, produk yang dihasilkan tidak tercemar oleh bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan dan lingkungan.



Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa dalam rangka peningkatan produksi tanaman pertanian, penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang bijak, efektif dan efisien.**

Tidak ada komentar: