Rabu, 20 Agustus 2008

Menakar Efektifitas Kompos dan Bokashi PDF Cetak E-mail
Ditulis Oleh Eti Wahyuni - Medan Bisnis
Monday, 07 May 2007



Senin, 07 Mei 2007

Membuat kompos, wah sering merepotkan ya. Proses pembuatan dan efek ke tanaman sering membutuhkan waktu yang lama. Padahal yang namanya kompos (baca pupuk organik) bisa dikatakan satu nyawa dengan pertanian organik. Tapi tidak perlu khawatir atau menunda rencana untuk melakukan budidaya organik karena ada bokashi yang memiliki kelebihan yang sekaligus bisa menuntaskan masalah-masalah tersebut.

Meskipun sama-sama organik namun ada perbedaan yang cukup mendasar antara kompos dengan bokashi. Bokashi merupakan teknologi untuk menghasilkan pupuk kompos yang lebih efektif melalui formulasi bahan-bahan pembuat. Lantas, seperti apakah proses pembuatan bokashi dan apa saja manfaat masing-masing bahan pencampurnya. Untuk mengetahuinya, MedanBisnis “mendatangi” dua NGO penggiat pertanian organik yaitu Sintesa dan Yayasan Bitra Indonesia.

Istilah bokashi pertama kali penulis dengar ketika Jumarni, staf Pertanian Yayasan Bitra Indonesia sedang melakukan pendampingan kepada kelompok tani di Desa Pulau Gambar, Serdang Bedagai. Dari sini pula akhirnya diketahui ada perbedaan yang cukup mendasar antara kompos dengan bokashi. Ternyata Sintesa, sebuah NGO yang consern di bidang pertanian juga melakukan hal yang sama di sejumlah desa di Kabupaten Asahan.

Baik Sintesa maupun Bitra Indonesia melalui program pengembangan penggunaan pupuk bokashi ini dilatari pada kondisi petani yang masih memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap produk-produk kimia. Selanjutnya dilakukan upaya untuk menciptakan kemandirian petani. Karena, pertanian konvensional telah menyebabkan petani sangat tergantung dengan produk-produk kimia sehingga biaya operasionalnya menjadi mahal. Padahal penggunaan pupuk kimia ini juga berdampak buruk terhadap tanah yang menjadi sumber produksi bagi petani.

Bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya adalah perubahan secara bertahap. Istilah ini untuk menjelaskan proses pembuatan bokashi melalui peragian dan penguraian atau pembusukan. Bokashi juga mengandung pengertian melalui bahan ini tanah yang telah tandus dan miskin unsur hara bisa pulih secara bertahap.

Penggunaan bokashi ini menjadi tren petani Jepang sejak 10 tahun lalu. Fenomena ini merupakan dampak lain dari tuntutan pasar terhadap produk yang sehat (bebas residu kimia). Apalagi penggunaan bokashi juga ternyata efektif untuk mencegan hama dan menyuburkan tanah sehingga penggunaan pupuk alami ini semakin digiatkan.

Sekretaris Pelaksana Sintesa, Akhmad Sofyan yang didampingi stafnya, Nurliana mengatakan, bokashi ini memiliki kelebihan yang terkandung di dalam pupuk kimia sekaligus juga bisa menutupikekurangan yang ada pada kompos. Misalnya saja, kandungan gizi dan vitamin pada pupuk kimia dan bokashi sama-sama konsentratnya tinggi sedangkan pada kompos rendah. Di lain pihak, bokashi dan kompos sangat baik untuk menyuburkan tanah sedangkan pupuk kimia justru berdampak negatif, membuat tanah menjadi keras.

“Dengan konsentratnya yang tinggi, bokashi memiliki efek yang cepat terhadap tanaman sama seperti pupuk kimia. Sedangkan kompos efeknya relatif lama,” jelas Ana.

Selain itu, perbedaan lain untuk ketiga jenis pupuk ini adalah lama pembuatannya. Jika pupuk kimia bisa langsung didapat dengan membeli di toko, maka kompos dan bokashi harus memprosesnya terlebih dahulu. Jika proses pembuatan kompos membutuhkan waktu antara 6-1 tahun, maka bokashi cukup 10-14 hari saja. Berikut adalah perbedaan antara pupuk kimia, kompos dan bokashi.
Hama Penyakit Berbahaya

Kelebihan lain dari bokashi ini, dengan formulasi bahan-bahan maka sangat mudah untuk mengontrol jumlah vitamin. Sementara Damiri menjelaskan, unsur yang terkandung pada pupuk bokashi sama dengan kompos, bedanya kalau bokashi sama artinya dengan peragian dengan sistem cepat dengan jangka waktu 3 minggu, bokasi sudah dapat digunakan sedangkan kalau pembuatan kompos prosesnya pembusukan dengan jangka waktu yang lebih lama mencapai waktu 2 bulan.


Perbedaan lainnya, bokashi langsung untuk mensuplai makanan tanaman dan unsur hara tanah, tetapi lebih besar mensuplai mkanan tanaman. Sementara kompos secara keseluruhan unsur yang dikandung untuk mensuplai tanah agar unsur hara yang di kandung lebih meningkat dan lebih baik walaupun pada akhirnya unsur yang terkandung juga untuk menyuplai tanaman juga.
Berkaitan dengan proses pemakaian ke lahan, menurut Damiri, kalau pupuk kompos dengan cara ditabur ke lahan langsung, sedangkan bokasi bisa dilakukan dengan cara menabur ke lahan atau dapat juga dicampur dengan air dan disiramkan ke tanaman. Untuk kapasitas pemakaian pupuk bokasi atau kompos ke lahan harus melihat kondisi tanah, apakah tanah tersebut tandus atau sebaliknya. Untuk penggunaan ke lahan, apabila lahan tersebut tandus maka bokasi yang di gunakan untuk lahan 1 rante (400 m2) sebanyak 100 kg, sedangkan kalau tanah tersebut tidak begitu tandus maka penggunaannya cukup 50 kg.
Agar penggunaan bokashi ini efektif sebagai pupuk dasar, bokashi ditabur di atas bedengan kemudian ditutupi sedikit supaya tidak terbawa arus hujan. Pupuk ini juga baik untuk pupuk susulan. Sedangkan untuk media pembibitan dapat dicampurkan tana1h humus, dengan ratio tanah humus dan bokashi 1:3.



Sumber: Eti Wahyuni - Medan Bisnis, 7 Mei 2007

Tidak ada komentar: